Festival Perahu Naga Dahulu dan Kini
"Festival perahu naga sampai saat ini masih mengundang daya tarik
tersendiri untuk di ikuti dan disaksikan. sehingga tidak jarang kita temukan
event-event festival perahu naga dilaksanakan di berbagai belahan dunia
termasuk indonesia. Selain bertujuan
untuk menarik minat para wisatawan domestik maupun asing, juga merupakan salah
satu cabang olahraga yang eksis dipertandingkan dalam skala lokal, nasional
bahkan internasional. Jika kita mencoba menoleh ke belakang, event perahu naga
yang kian populer ini menyimpan arti dan
nilai sejarah yang tinggi dari salah satu sejarah peradaban cina."
Dalam
catatan sejarah dan cerita turun temurun dalam masyarakat cina, festival ini salah
satu diataranya adalah bertujuan sebagai peringatan atas kematian Que Yuan (339 SM - 277 SM). Qu
Yuan adalah seorang menteri negara Chu di zaman negara-negara berperang. Ia
adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya, banyak
memberikan ide untuk memajukan negara Chu, bersatu dengan negara Qi untuk
memerangi negara Qin.
Namun
sayang, dalam perjalannya Qu Yuan dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang
padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibu kota negara Chu. Ia yang
sedih karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan
melompat ke sungai Miluo. Ini tercatat dalam buku sejarah Shi Ji. Dalam referensi lain juga mencatat bahwa kematian penyair Qu Yuan menenggelamkan dirinya karena
merasa muak menjadi korban intrik dan korupsi pejabat.
Menurut legenda, Qu
Yuan melompat ke sungai pada tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang kemudian merasa
sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka
lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan
dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian
untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka
membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para
nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu inilah yang akhirnya
menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.
Festival yang telah berumur lebih
dari 2.300 tahun ini dirayakan pada saat musim panas, waktu dimana banyak
terjadi bencana dan kematian, dan dimana manusia merasa tidak berdaya atas
kekuatan alam. Pertandingan ini juga menjadi simbol atas perlawanan manusia
menghadapi alam dan pertarungannya melawan musuh. Selain itu, perayaan ini
dilakukan untuk memberikan berkah kepada daerah sekitar, para perahu yang
bertanding dan para peserta nya kekuatan dari sang naga dan berkah dari dewi
laut.
Merah adalah warna yang mendominasi
warna perahu yang bertanding, karena merah adalah warna dari angka lima dan
merupakan simbol dari panas, musim panas, dan api. Panjang dari perahu naga
antara 30 sampai 100 kaki, dan cukup lebar untuk menampung dua orang secara
sejajar. Beberapa ritual asli seperti memberikan tanda titik pada kepala naga
disetiap perahu masih sampai saat ini dilakukan.
Seiring waktu, perayaan perahu naga
saat ini lebih di orientasikan sebagai hiburan, dan bagian dari cabang
olahraga. Tidak lagi diperuntukkan bagi mengusir kejahatan dan tahun yang baik.
Indonesia pun memiliki beberapa prestasi gemilang pada cabang olahraga perahu
naga, salah satu diantaranya mempersembahkan medali emas pada event Asian Beach
Games III di Haiyang, Cina tahun 2012 lalu. Selain itu, festival perahu naga
pun menjadi program tahunan Dinas Pariwisata Cilacap dalam rangka meningkatkan
sektor kepariwisataan, pengembangan minat, dan bakat prestasi olahraga dayung.
Kini perahu naga tidak lagi hanya dilakukan secara ekslusif oleh etnis
Tionghoa, tapi sudah menjadi salah satu kebudayaan inklusif yang menarik dan
mendunia.(wikipedia.com, tionghoa.com, cmgz, dan berbagai sumber lainnya)
Recent Comments Widget